Pada suatu pagi saya diajak jalan-jalan menikmati pemandangan pegunungan di kaki gunung lawu, deru air terjun berlomba sampai ke dasar tebing di sekitaran lokasi kami menginap kian terasa indah dengan siraman mentari pagi.
Berhentilah kami memandangi sebuah warung kecil, pintu masih tertutup dengan gembok menempel di gagang pintu nya.
Saya bertanya jam berapa warung ini akan buka, dulu sekali kami pernah kesini lebih pagi namun sudah melayani setiap pembeli yang datang pada seorang lelaki paruh baya yang datang menghampiri dengan sarung terselempang dan kupluk di kepala, khas daerah dingin.
"sedang libur pak, tidak buka"
"mengapa libur pak"
"sedang pengen aja mas"
"hmmmm..." gumam saya
Sengaja kami mendatangai warung kecil yang biasa menjajakan bubur tumpang. terasa sangat spesial. sehingga Rich Dad mengajak istri tercinta untuk bisa ikut mencicipinya.
![]() |
ilustrasi warung tumpang yang tutup |
Sebut saja Hartoto nama sahabat yang mendampingi kami mencari bubur tumpang khas daerahnya. Tidak berputus asa, bergegas menawarkan alternatif lain yang tidak kalah enak tuturnya.
"Maaf pak, setelah saya periksa itu cuma tulisannya saja, menu nya belum tersedia. kita periksa saja lokasi lainnya" terangnya.
Hingga tiba pada sebuah lokasi keramaian. Hilir mudik orang. begitu juga kendaraan bus, mini bus keluar masuk.
"Aduhh,,,mas. Maaf ini, lagi ga pada buka. ini ada sih cuma takut nanti bapak tidak berkenan"
"mengapa memangnya mas" tanya saya
"ini eee tempatnya di trotor, sempat orang berlalu lalang masuk pasar dan tersminal"
Belum sempat saya jawab, Rich Dad sudah turun dan berjalan menuju lokasi yang ditunjuk-tunjuk oleh Pak Hartoto.
Alhamdulillah, satu persatu rombongan memesan bubur tumpang yang sudah dinanti-nanti. Rasanya pun tidak kalah dengan warung kecil yang batal kami santap karena tutup tadi.
Ketika sedang menikmati berjalan seorang diri nenek tua, keseimbangan seakan terganggu hingga perlu dibantu oleh kursi yang menjadi tumpuan kedua tangannya.
Sangat cekatan, Rich Dad memanggil sang nenek, memesankannya bubur tumpang, dan sembari mengajaknya bicara.

Diruang tunggu keberangkatan, rich dad berbagi apa yang diobrolkan dengan sang nenek pagi tadi.
"Nenek Sarinem lah hikmah dari tutupnya warung kecil penyedia bubur tumpang yang kita cari tadi pagi. Spesial mengajak istri itu untuk mencicipi lezatnya bubur tumpang yang pernah saya ceritakan padanya. Allah SWT berkendak lain. Beberapa tempat yang kita kunjungi tutup"
"Nenak tadi hidup sebatang kara. Suaminya telah lama meninggal, kini usianya sudah menginjak 83 tahun. Dia menumpang hidup disebuah kontrakan kecil milik pejabat tinggi didaerahnya. Kehidupannya serba kekurangan. Makan sekali sehari dari hasilnya menjajakan dagangan jeruk. Ada saja katanya, kadang satu kilo, kadang beberapa kilo, kadang beberapa biji saja".
"Anak dan Cucu nya tidak pernah datang berkunjung" dengan tarikan nafas dalam menyampaikannya
"Nenek Sarinem mengaku dagangannya selalu habis. Ada seorang perwira militer kodim disekitar tempatnya mengontrak yang selalu membeli setiap dagangannya. Setiap hari."
Linangan air mata tak terbendung mendengar kisah sang nenek sarinem.
"lee, sopo wong kang titi bakal ketiten" itu petuahnya sebelum kami berpamitan tadi pagi. Terjemah bebasnya "nak, barang siapa yang peduli (pada orang lain) dia bakal diperdulikan orang lain".
Sahabat, kadang kita perlu membuka hati kita, meningkatkan kepekaan kita agar ketika tanda-tanda itu datang kita bisa mengenalinya. agar kita sanggung menangkap pesan yang ada dilamanya.
Dari warung bubur tumpang yang tutup, hingga mencari beberapa penjaja bubur tumpang lainnya, lalu akhirnya menemukannya di depan pasar dan terminal. Berjumpa nenek Sarinem, yang hidup seorang diri, mengontrak, makan sekali sehari dari hasil jualannya, disisi lain Allah kirimkan tentara baik hati untuk selalu membeli setiap barang daganganya, hingga akhirnya nenek Sarinem menceritakanya kisah pilu hidupnya pada Rich Dad dan akhirnya sampai kepada saya.
Syeikh Ibnu 'Athoillah pernah berkata "barangsiapa yang diperkanankan Allah tantang i'tibar (memperhatikan sesuatu untuk diambil hikmahnya), maka ibarat dapat diterima oleh manusia, serta jelaslah (petunjuk) mereka.
Demikian pula Allah SWT selalu menerangkan dalam firmannya bahwa didalam kisah-kisah ada pelajaraan. Misalnya dalam surat Yusuf ayat 11 yang artinya "sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka ada pelajaran bagi orang yang mempunai akal" dan masih banyak lagi ayat yang lain.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semuanya sehingga mampu mengambik hikmah dari setiap kejadian, baik dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi maupun dari keadaan suatu benta, suatu makhluk Allah yang lainnya. Dengan begitu dapat lebih mendekatkan diri kepada Dzat yang telah menciptakan Alam Semesta beserta isinya serta mengoreksi diri dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat agar tidak terulang kembali. AnS
Komentar
Posting Komentar