Lelaki dan Sejarah
Berapakah luas wilayah ruang dan waktu yang diberikan sejarah kepada setiap lelaki, untuk dimaknai, dihidupkan, lalu diabaikan? Apakah manusia, dalam perhitungan sejarah, memaknai dirinya dengan waktu atau biaya?
Sejarah, pada mulanya, menggunakan deret ukur waktu. Disini, setiap manusia manjadi setetes air di laut sejarah. Setetes air itu bernama umur. Dan kumpulan tetes-tetes itu disebut sejarah: Kita adalah sejarah. Tak ada yang lepas dari padanya.
Air itu selalu mengalir. Sejarah pun begitu. Ia adalah sebuah suasana mengalir yang tak pernah selesai. Ia hanya akan berhenti pada sebuah tempat yang kita sebut Padang Mahsyar. Tapi kemanakah sejarah mengalir? Dan mengapa selalu ada riak dan gelombang? Pernahkah engkau menanyakan, siapakah tetes-tetes air yang menjadi riak itu? Dan siapakah tetes-tetes air yang menjadi gelombang itu?
Riak-riak adalah tetes-tetes yang menyatu dalam laut sejarah karena waktu. Dan gelombang itu, itulah lelaki-lelaki sejarah. Tak semua air menjadi gelombang, sekalipun semua punya peluang yang sama untuk menjadi gelombang. Lalu apakah yang membuat tetes ait itu menjadi gelombang?
Angin!
Itulah yang menanamkan ‘kehendak’ pada tetes-tetes air itu untuk menjadi kehendak. Ketika ‘sentuhan’ angin itu menguat, gelora kehendak juga akan menciptakan gelombang yang dahsyat. Angin itu adalah iman. Iman, terserah ia diberikan kepada kebenaran atau kebathilan, adalah rahasia dibalik semua keajaiban sejarah. Iblislah yang menanamkan iman kepada kebathilan dalam diri manusia, hingga ia berkendak menciptakan daulatul bathil. Dan rasul-rasul, sepanjang sejarah, adalah utusan Allah yang bertugas menanamkan iman kepada kebenaran dalam diri manusia, hingga lahirlah dari padanya daulatul haq.
Semua manusia besar yang pernah lahir dalam sejarah, kata Sayyid Quthb, selalu mempunyai kelebihan amat menonjol pada kekuatan jiwa. Rahasia ini pulalah yang kita tangkap dari strategi Rasulullah saw. ketika beliau ingin melahirkan pemimpin-pemimpin baru bagi manusia. apa yang paling menonjol pada sahabat-sahabat Rasulullah saw bukan terutama kecerdasan, sekalipun itu ada, tapi adalah iman.
Kata iman, dalam pembahasan Al-Qur’an, selalu membawa nuansa ‘gerak’ yang amat dalam. Iman adalah landasan abadi di atas mana akal melaju manaiki tangga menuju angkasa. Iman adalah rahasia dari mana raga memperoleh kekuatan yang tidak diketahuinya. Kekuatan gerak pribadi bermula ketika iman merasuki jiwa, menggelorai hati, lalu bergemuruh pada sisi intrumen kepribadian kita. Bila keadaan yang sama merasuk ke dalam jiwa dan hati sebuah masyarakat secara kolektif, engkau niscaya akan menemukan gelombang dahsyat dalam sejarah.
Setiap kita, para lelaki, selalu akan memperoleh tempat dalam sejarah, bila kita mau membentangkan benang merah yang menjalin gemuruh kehendak dalam jiwa dengan gemuruh gerak gelombang dalam laut sejarah.
Maka saat-saat ‘pasang’ dalam sejarah Islam, kata syekh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi selalu bergerak sejajar dengan iman. Dan saat-saat ‘surut’ sebaliknya selalu bergerak sejajar dengan kelemahan iman.
Berapakah luas wilayah ruang dan waktu yang diberikan sejarah kepada setiap lelaki, untuk dimaknai, dihidupkan, lalu diabaikan? Apakah manusia, dalam perhitungan sejarah, memaknai dirinya dengan waktu atau biaya?
Sejarah, pada mulanya, menggunakan deret ukur waktu. Disini, setiap manusia manjadi setetes air di laut sejarah. Setetes air itu bernama umur. Dan kumpulan tetes-tetes itu disebut sejarah: Kita adalah sejarah. Tak ada yang lepas dari padanya.
Air itu selalu mengalir. Sejarah pun begitu. Ia adalah sebuah suasana mengalir yang tak pernah selesai. Ia hanya akan berhenti pada sebuah tempat yang kita sebut Padang Mahsyar. Tapi kemanakah sejarah mengalir? Dan mengapa selalu ada riak dan gelombang? Pernahkah engkau menanyakan, siapakah tetes-tetes air yang menjadi riak itu? Dan siapakah tetes-tetes air yang menjadi gelombang itu?
Riak-riak adalah tetes-tetes yang menyatu dalam laut sejarah karena waktu. Dan gelombang itu, itulah lelaki-lelaki sejarah. Tak semua air menjadi gelombang, sekalipun semua punya peluang yang sama untuk menjadi gelombang. Lalu apakah yang membuat tetes ait itu menjadi gelombang?
Angin!
Itulah yang menanamkan ‘kehendak’ pada tetes-tetes air itu untuk menjadi kehendak. Ketika ‘sentuhan’ angin itu menguat, gelora kehendak juga akan menciptakan gelombang yang dahsyat. Angin itu adalah iman. Iman, terserah ia diberikan kepada kebenaran atau kebathilan, adalah rahasia dibalik semua keajaiban sejarah. Iblislah yang menanamkan iman kepada kebathilan dalam diri manusia, hingga ia berkendak menciptakan daulatul bathil. Dan rasul-rasul, sepanjang sejarah, adalah utusan Allah yang bertugas menanamkan iman kepada kebenaran dalam diri manusia, hingga lahirlah dari padanya daulatul haq.
Semua manusia besar yang pernah lahir dalam sejarah, kata Sayyid Quthb, selalu mempunyai kelebihan amat menonjol pada kekuatan jiwa. Rahasia ini pulalah yang kita tangkap dari strategi Rasulullah saw. ketika beliau ingin melahirkan pemimpin-pemimpin baru bagi manusia. apa yang paling menonjol pada sahabat-sahabat Rasulullah saw bukan terutama kecerdasan, sekalipun itu ada, tapi adalah iman.
Kata iman, dalam pembahasan Al-Qur’an, selalu membawa nuansa ‘gerak’ yang amat dalam. Iman adalah landasan abadi di atas mana akal melaju manaiki tangga menuju angkasa. Iman adalah rahasia dari mana raga memperoleh kekuatan yang tidak diketahuinya. Kekuatan gerak pribadi bermula ketika iman merasuki jiwa, menggelorai hati, lalu bergemuruh pada sisi intrumen kepribadian kita. Bila keadaan yang sama merasuk ke dalam jiwa dan hati sebuah masyarakat secara kolektif, engkau niscaya akan menemukan gelombang dahsyat dalam sejarah.
Setiap kita, para lelaki, selalu akan memperoleh tempat dalam sejarah, bila kita mau membentangkan benang merah yang menjalin gemuruh kehendak dalam jiwa dengan gemuruh gerak gelombang dalam laut sejarah.
Maka saat-saat ‘pasang’ dalam sejarah Islam, kata syekh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi selalu bergerak sejajar dengan iman. Dan saat-saat ‘surut’ sebaliknya selalu bergerak sejajar dengan kelemahan iman.
Komentar
Posting Komentar